Hujanmu menghujamku
Hujan,
Aku dan dia adalah insan dalam satu barisan.
Aku bergaris dia begitupun katanya.
Kau datang membawa hasrat rindu sedang terbang jadi randu.
***
Memang tak dapat ku elakkan lagi benakku terlanjur beranak parasmu.
Semakin ku kembangkan lagi tarikan sudut bibirku saat itu. Dalam malam
aku tuahkan sebutanmu sampai larut aku pejamkan tetap sama. Dia bersama
waktu terus menghabis dengan peristiwa-peristiwa yang terekam selama 5
tahun menyalin sebuah jalin. Tapi entah halang bagiku kelak, hanya harap
semakin kuat membawanya bersama duduk berikrar. Aku bergeming. Esok
saat mentari mulai beranjak dari singgahannya akan kubuang rindu hati
dalam ruang. Lalu terpejam.
sinar menyorot tajam dari sudut kaca jendelaku yang terbuka lebar dari
tirainya lalu cepat terhalau kedua telapak tanganku membenahkan
penyinaran yang terlalu mengeksposku . Aku masih terbungkus rapih dengan
selimutku berdiam sebentar melirik sedikit ke sudut meja yang berkedip.
Terjelengkat duduk sembari menyerngit segurat senyum setelah membaca
notif BBM-ku.
Sekilas kupikirkan yang tak pernah terpikirkan, dia adalah kilasanku,
selama aku menjalin apa yang ku nilai terhadapnya berbeda dengan notif
yang ku tatap intens saat ini, tidak pernah dia merindu sampai kabar
terdengar sebelum aku. Bahkan hujan sebelum terlelap aku baru melotarkan
sebutanmu. Mungkin debit sayangnya bertambah tinggi berenda rindu yang
bergulir dari waktu ke waktu.
“aku menunggumu.’’ Segera ku balas.
***
Malam mengahampar luas di altar langit dengan bintik-bintik berkilau
yang menghamburnya, terabasan ombak berkejap-kejap memecah hening.
semilir angin laut terus menghempas dingin sampai tulang rusuk hingga
mendesir darahku. Pada hamparan pasir pantai sundak aku duduk menekuk
lutut sampai tangan berpangku bahu terhadapku. Aku kira amora, padahal
memang amora. Langsung mensejajari posisi singgahku.
Sekarang hening yang memecah riak ombak. Seperti baru saling mengenal
terus mendalami keheningan. Sampai tidak terasa telah menyandarkan
kepala. Berdua saling mengkhusukkan tatapan pada laut yang mengalunkan
sebuah nada. Sebutanku hanya dijawab senandung sederhana.
“hmm?’’
“ada apa?’’ pertanyaanku direnggutnya kembali dalam diam. Malah seperti
pertanyaan yang berbalik menghujamku. Aku semakin terjelma dalam
keraguan. Lalu mencoba mencengkram kuat jemarinya.
“mas, aku minta putus.’’
Terngiang jelas di telingaku. Sontak mataku membulat. Aku benar-benar
tidak memikirkan apa yang seharusnya aku pikirkan. Mungkin ruangnya
tidak dapat menampung banyak debit kerinduan yang melumer atau ini
bentuk luapan kerinduan yang membuncah? Ku kira kita dapat menjadi
kata. Tapi salah!
“ kenapa ra ?’’ timpalku tidak percaya.
Aku merengkuh bahunya terus menatap intens sampai manik matanya kini mulai berair.
“pesawatku take off pukul 08.15 aku menunggumu, aku harap kau
mengantarku.’’ Kalimatnya lalu tangan membekap mulut menahan luapan
tangisnya.
Sungguh aku tidak menduga garis ini. Dadaku serasa teriris tipis-tipis
dengan sembilu paling tajam. Luka disana kian asin oleh angin laut yang
mendesir lembut namun menyeretku dalam kerapuhan. Lidahku kelu, tubuhku
kaku, hatiku membeku. Detik demi detik menjadi menit dari menit ke
menit hingga berjam-jam bahkan hampir setiap hari sampai 5 tahun lamanya
hubunganku dapat kandas sia-sia bertukar asa.
Kini diam telah merenggut kehangatan. Berhadap ku kuatkan untuk
menopang, melihat mata yang kini sayu terus merunduk tak mampu membalas
tatapan mataku. Lembar yang telah melebur bercampur isak merasuk dalam
hati melumpuhkan olah pikirku. Belum sempat aku mengatakan sesuatu
tapaknya meninggalkan jejak padaku.
aku mencoba menahannya ya aku sangat menjaganya, kutarik nafas
dalam-dalam lalu aku hembuskan perlahan namun nihil aku tidak bisa
membendungnya, bulir-bulir air mataku jatuh, aku menangis
sejadi-jadinya, jari-jemariku mengepal banyak butir pasir sekelilingku.
Tak tahan aku ingin melepasnya, teriakan yang mampu mengurangi
kerapuhanku. Lalu dengan keras aku luapkan kemarahanku memecahkan keluh
labuh dalam dadaku.
***
Pagi ini matahari tak melihatkan mentarinya. Berselimut hitam tebal
bersama air yang bercucuran dengan derasnya. Tampaknya lembab seperti
sembab pada mataku. Nampaknya semalam aku bermimpi buruk.
PING!! Terkesiap aku membaca pemberitahuan BBM-ku, malah aku mendengus
kesal pasalnya yang muncul hanya pesan tidak penting. Dia yang ku
harapkan malah kabar bertiup entah kemana rimbanya.
Masih menunggu entah apa yang pasti. Sempat terhempas sebersit kecewa
berdominan asa semakin meragukan langkah tidak melakukan tingkah.
Kusakukan kembali ponselku lantas menekuri kesedihan yang kian jadi. Aku
terkekeh saat menoreh pada detik yang berdinding, langsung mencari
tapak yang dia jejakkan tanpa memperdulikan pakaian yang kukenakan tanpa
memperdulikan derasnya hujan yang mengguyur.
Aku melaju dengan kecepatan melebihi rata-rata . Aku mengejar waktu
tanpa memperdulikan keselamatanku, mencoba menahan langkahnya agar
tingkah tidak jauh disana. Kembali kebahagiaan tidak memihak padaku, aku
menghubungi ponselnya tapi tidak ada jawaban, message aku pun tidak
dibalasnya, BBM-nya tidak aktif. Pikiranku kacau kulampiaskan pada pedal
gas mobilku mempercepat kelajuan. Tiba lampu LED berkedip lalu bergegas
membaca mention yang masuk pada account-ku.
‘’penerbangan Chicago.’’
Harapanku menipis terlekang waktu. Kumohon aku hanya ingin menjamah
tangannya untuk terakhir ini, jika tidak aku harap dapat melihatnya
melontarkan senyum sebagai salam perpisahan bagitupun aku. Sayang aku
terlambat mencerna isi hatiku. Sedikit mengerang menahan sakit lantaran
hantaman keras pada kepalanku.
***
Tiba pada Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Aku terus berlari sambil
melihat sekelilingku. Tangan ku meremas di bagian dada dengan simbah air
yang terus mengalir lewat celah bibirku. Berulang menyebut kata
Chicago sambil menunjuk pada papan informasi penerbangan. hingga
mendapatkannya kembali berlari mengejar waktu 5 menit. aku terus berpacu
kencang menuju terminal D2 keberangkatan luar negeri.
senandung syahdu dari dadaku berdetak sangat kencang bak genderam mau
perang. Agak merukukkan badanku dan mengatur nafasku sebentar . Sampai
tatapanku sudah tak asing lagi pada langkah lamban gadis berkeperawakan
tinggi dengan rambut menjuntai sebahu lalu berteriak lantang untuk
menghentikan asumsinya. Gerak tubuhku di tahan sangat kuat saat aku
memaksa ingin menerobos. Ketakutanku semakin melonjak melihatnya
memasang headset pada telinganya lalu mengacuhkan histerisku dan semakin
berlalu dari jauh pandangku.
Jejak-jejak resah aku tapaki merekahkan amarah yang menggeram. Tidak
berhasil meredam gejolak di ulu hatiku. Aku berjalan gontai pada padang
luas kemudian melemas hingga tak kuasa menopang berdiriku. Aku diterpa
cerita yang menuntut derita. Pada luas apa bulir ini ku tadahkan, Pada
lapang apa kepala ini ku sandarkan! Aku terus menghanyut dalam isak
seketika ambruk serempak pada deras yang kembali mengguyur.
Hujan, hadirmu membasahi alamku
Debitmu berduyun membawa aliran tangis deras
Lewat sela mataku
Isak tak dapat ku bekap
Sesal terus menghujam
Kepal tak dapat ku eratkan lagi
Lutut hanya bersimpuh pada luas sekelilingku. Aku bergeming.
lampu LED kembali berkedip mengisyaratkanku segera membaca pemberitahuan
yang ternyata hanyalah Broadcast message yang berbunyi :
"kau penunda suka menunda makalah sesal tak pernah tertunda."
Profil Tentang Penulis: Assalamualaikum WR. WB.
Hai teman-teman. Namaku Dahlil tiyas prabandari, aku duduk dibangku
kelas x-1 SMAN4 Kab. Tangerang. Hobiku banyak salah satunya menulis saat
senggang dan membaca sebagai informasi dan pelengkap bahan menulisku.
awalnya tidak kemudian sangat. Berikut kutipannya :
sambil berkutik pada soal latihan pelajaran matematika yang merenggut
sisi humorisku saat itu. aku memaku pandangan pada perkataan yang
tertera di layar ponsel via message dan mendengus kesal menyebut kata
dengan istilah "ALAY" kataku. pada awalnya aya tidak menanggapi istimewa
pada buku-buku yang banyak bercerita
Kata-kata rumit dan merumitkan ditambah lagi saya sangat memojokkan
pelajaran bahasa Indonesia sedari dulu. Menyudut pandangkan seseorang
yang sangat menekuri bacaan dan terlihat menyeret dalam jurang pertapaan
yang semakin terbuat mendalami setiap inci dr sekecap kata yang
tertuang membuat saya terpekik melihatnya sekaligus mati penasaran pada
apa yang tercerna dalam pikiran mereka setelah membaca sampai tak
sedikit seseorang berpuas dengan gelak tawanya hingga situasi
melanklonis sangat tercipta sampai tersedu-sedu. saat itu hanya kata
"apaan sih!" sambil menyimpan banyak pertanyaan. Tiba-tiba temanku
bercerita apa yang dia bayangkan tentang beratus lembar yang dia lahap
sendirian. Lalu menawarkan pedaku untuk lebih mengetahui apa yang
dituturkannya. Aku terima saja untuk menjawab pertanyaan yang beranak
tanya pada benakku.
Hanya melihat covernya saja saya mulai menyukai. Saya mulai asik melahap
bab demi bab sambil membayangkan tokoh itu adalah aku. Tentu saja novel
remaja tentang percintaan. Bagaimana aku tidak terlarut dalam
sajak-sajak yang menyelamiku dalam-dalam dan terhanyut pada lembarnya.
Karena sangat menikmati dengan sehari saja aku bisa menghabiskan
tiap-tiap tebalnya.
Setelahnya rasa keinginan besarku yang ingin membuat berita melebihi cerita yang kubaca kali pertama.
Awalnya hanya waktu yang kukejar dengan kepercayaan diri yang melebihi
batas tampung untuk menyelesaikan ceritaku yang sangat singkay bahkan
bisa disebut cerkat (cerita singkat) kataku. Alhasil pemikiran yang
tertuah menjadi tulisan kali pertamaku yang berintikan cinta sejati itu
tidak membuat para pembaca (reader) berekspresi seperti yang kulihat
pada reaksi temanku. Tentulah kegagalan sangat membuatku menyebut kata
asa.
Dering ponsel yang bertanda message masuk kembali membuatkuMenggariskan
senyum kecutku, pasalnya kembali pesan dengan kata yang kusebut "alay"
lagi mendatangiku. Berikut dengan karya tulisnya yang dia share padaku
sampai aku mengagumi karena tokoh memakai artis favorite-ku ditambah
penggunaan EYD yang benar membuatku semakin tertakjub. Hanya kata
"apa aku bisa seperti itu bahkan lebih, lalu kapan?"
sudah sekitar satu bukan aku belajar merakit kata demi kata yang aku
bisa. keadaan musim yang sudah memasuki musim penghujan aku berselimut
pada gelap malam menatap derasnya air berembun pada kaca jendelaku
kemudian terlintas aku mendapatkan inspirasi Membuat cerita dengan kata
'hujan' lalu kukembangkan sampai teman-temanku benar-benar terkesan
membacanya walau aku tau masih banyak penulis proporsional diluar sana.
Kini dengan tanggapan dr salah satu kawanku yang sangat positif dan
membangun menjadikanku lebih semangat dalam menulis dan membaca.
Waktu memang sangatlah berharga setiap detiknya. Asalkan melakukan hal
yang positif seperti hal-nya menulis maupun membaca kita dapan
mengetahui banyak variasi inspirasi yang tertores jadi tulisan. Dengan
membaca kita mengenal dunia dengan menulis maka dunia mengenal kita.
Jadi tetaplah menulis
waktu memang sangatlah berharga di tiap detik putarnya. Asalkan
melakukan hal positif seperti hal-nya menulis maupun membaca kita dapat
mengetahui banyak variasi inspirasi yang tertores jadi tulisan. Dengan
membaca kita dapat mengenal dunia begitupun dengan menulis maka dunia
mengenal kiya. Jadi menulislah apa yang kamu pikirkan walau hanya satu
kalimat. Menulis, menulis, dan menuslah
Kamis, 02 Mei 2013
DAFTAR ISI
Loading...
Blog Archive
-
▼
2013
(21)
-
▼
Mei
(16)
- KESETIAAN
- Perasaan Hati
- Keabadian Cinta
- Kerinduan Hati
- Penantian
- KISAH ARYA DAN REA
- CAERPEN ANTARA AKU KAMU DAN DIA
- CERPEN BASKETBALL WITH LOVE
- CERPEN HUJANMU MENGHUJAMKU
- MAKALAH BAHAYA MINUMAN KERAS
- MAKALAH BAHAYA MEROKOK UNTUK KESEHATAN
- MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA
- Makalah Metode Pembelajaran Integratif
- Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
- Contoh Makalah Bahasa Indonesia
- Makalah Perkembangan Agama Islam Di Indonesia
-
▼
Mei
(16)
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
-
Ada sebuah cerita tentang kisah cinta yang indah dan sungguh romantis… Andri si cwo’ yang ikut program forum akuntansi,dan ada juga cwe’ y...
-
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahjkan rhmat-NY...
-
KATA PENGANTAR Alhamdulillah alrabbi al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-N...
-
Kata pengantar Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah m...
-
Lenyap ampa ku sadari, hancur dimakan sepi, sunyi selalu menghampiri, kenangan yang menusuk hati.... Indah cinta mu cepat berlalu, kes...
-
DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………. i Daftar Isi ………………………………………………………………………….. ii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………...
-
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang akan mendidik siswa untuk da...
-
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnyalah saya bisa menyelesaikan tugas makalah ...
-
Di kala malam bulan purnama. Dingin menyelimuti tubuhku. Seolah-olah bintang berkata. Cintaku hanya untukmu. Seuntai mawai merah yang i...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan bai...
0 komentar:
Posting Komentar